Selasa, 21 September 2010

Memajukan Iptek Berlandaskan Imtaq

Perkembangan teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Berkat teknologi, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan sekejap. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Bagaimana agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin dengan mengintegrasikan antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknoogi (iptek)? Dapatkah kita sebagai umat muslim yang rahmatan lil alamin mampu memajukan iptek dengan berlandaskan imtaq?

Perkembangan teknologi yang muncul saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan iptek saat ini meliputi berbagai bidang diantaranya meliputi bidang komunikasi, kesehatan, transportasi dan bidang-bidang lainnya yang semakin kompleks. Bidang transportasi misalnya, jika sebelumnya seseorang harus menempuh waktu berbulan-bulan untuk menuju Mekkah, sekarang hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja dengan memanfaatkan pesawat terbang. Contoh lainnya adalah internet. Melalui internet, manusia dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya walaupun berada di belahan dunia lain. Selain itu, kita dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah dan cepat tanpa harus bersusah payah mencarinya di perpustakaan, cukup memasukkan kata kunci ke dalam search engine, dalam sekejap kita akan memperoleh banyak informasi. Berkat teknologi, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan sekejap. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit (Qardhawi, 1997). Dahulu Ratu Isabella (Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amerika oleh Columbus (?). Lalu di abad XIX Orang Eropa perlu 2 minggu untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan (Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu 17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat terbang, kita hanya perlu 12 jam saja. Subhanallah…
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun 1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim bibinya setelah dua tahun ibunya (bernama Luigi) meninggal. Ovum dan sperma orang tuanya yang asli, ternyata telah disimpan di “bank” dan kemudian baru dititipkan pada bibinya, Elenna adik Luigi (Kompas, 16/01/1995). Bayi tabung di Barat bisa berjalan walau pun asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri (Hadipermono, 1995). Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry, 1996). Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atjosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.
Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.
Seiring berkembangnya teknologi komunikasi saat ini, maka berbagai pengaruh luar seperti cara pandang, budaya dan ideologipun dapat dengan mudah menyebar khususnya cara pandang sekuler. Hal tersebut terlihat dari mulai berubahnya cara pandang orang terhadap agama. Agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual tanpa implementasi. Kebanyakan orang menilai sesuatu yang baik berdasarkan materi yang dimilikinya. Dalam kasus penutupan situs porno misalnya, masih banyak pemilik warnet yang menentang penggunaan software antiporno karena khawatir penghasilannya berkurang. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa pemilik warnet menganggap materi adalah segala-galanya. Mereka tidak memikirkan efek situs porno bagi ‘penikmatnya’. Tidak hanya itu, mereka juga tidak merasa terbebani secara moral akan uang haram yang diperolehnya karena agama hanya dipandang sebagai aktivitas ritual.
Penggunaan teknologi tanpa dilandasi agama hanya akan membawa kemudharatan. Pengguna situs porno misalnya, tidak akan memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukannya. Mereka akan terpengaruh tontonan tersebut, dan berkeinginan untuk menirunya. Seperti yang sering kita temui dalam berita kriminal, banyak kasus perkosaan yang diawali oleh film porno. Bila hal ini terus berlanjut, berapa banyak generasi Indonesia yang rusak akibat situs porno dan perkosaan?
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Islam sebagai agama yang tawazun, tidak melarang manusia memanfatkan berbagai macam teknologi saat ini. Karunia Allah yang tak terhitung banyaknya justru harus dimanfaatkan sebagi wujud syukur kita kepadaNya. Bumi dan seluruh isinya masih menjadi misteri, masih banyak hal-hal yang belum kita ketahui. Oleh karena itu, sebagai khalifah manusia perlu mengungkap seluruh nikmat Allah yang masih tersembunyi dengan Ilmu pengetahuan sebagai wujud syukur manusia kepada-Nya. Ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan menjadi teknologi yang mampu mempermudah hidup manusia. Tidaklah heran bila Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Allah akan memberikan karunia yang melimpah bagi orang tersebut. Allah berfirman;
“….Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu di antara kamu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Mujadilah: 11)
Tidak hanya itu, dalam surah Al-Alaq: 1, Allah berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Kedua ayat tersebut mengindikasikan sebuah paradigma bahwa Islam sejalan dengan ilmu pengetahuan. Agama dan ilmu pengetahuan merupakan suatu sistem yang saling melengkapi.
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya. Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS Ali Imron [3] : 190-191)
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58] : 11 )
Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal) KeMahaKuasaan dan Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin dengan mengintegrasikan antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknoogi (iptek)? Dapatkah kita sebagai umat muslim yang rahmatan lil alamin mampu memajukan iptek dengan berlandaskan imtaq?

Ketentuan Tentang Shalat

KETENTUAN TENTANG SHALAT

A.Syarat wajib shalat, yaitu hal-hal yang mnyebabkan seseorang diwajibkan shalat.
1)Orang Islam
2)Orang yang sudah baligh (dewasa). Pria (sudah mimpi basah) dan wanita(sudah)haid)
3)wanita yang telah suci dari haid dan nifas (darah setelah melahirkan)
4)berakal sehat (tidak gila atau mabuk)
5)dakwah telah sampai (telah sampai atau telah tahu ajaran islma kepadanya)
6)bias melihat dan mendengar sehingga memudahkannya belajar hukum-hukum Islam
7)orang tidak tidur, tetapi kalau tidur ketika bangun wajib menyegerakan sholat tidak menundanya
8)orang itu tidak lupa, apabila lupa maka ketika ingat wajib menyegerakan sholat yang dilupakannya walaupun sudah tidak pada waktunya

B.Syarat sahnya shalat, yaitu sesuatu yang harus dipenuhi sebelum mendirikan shalat.
1)Suci dari hadas besar dan kecil
2)Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis
3)Menutup aurat
4)Mengetahui masuknya waktu shalat
5)Menghadap arah kiblat (ka’bah di Makkah) kecuali tidak mengetahui arahnya karena didalam perjalanan didalam bus/kapal/pesawat

C.Rukun shalat, yaitu sesuatu yang wajib dilakukan pada waktu mendirikan shalat.
1)Niat sesuai shalat yang dikerjakan
2)Berdiri bagi yang mampu
3)Takhbiratul ikhrom
4)Membaca Al-Fatihah
5)Ruku’ disertai tuma’ninah (berhenti sejenak)
6)I’tidal dengan tuma’ninah
7)Sujud 2x disertai tuma’ninah
8)Duduk diantara 2 sujud disertai tuma’ninah
9)Duduk terakhir
10)Membaca tasyahud akhir
11)Membaca sholawat atas nabi Mohammad
12)Mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri
13)Tertib

D.Sunnah-sunnah dalam shalat, yaitu sesuatu yang diutamakan berpahala mengerjakannya dan tidak membatalkan shalat apabila tidak dikerjakan.
1)mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihrom
2)mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’, I’tidal dan saat berdiri dari tasyahut awal
3)meletakkan telapak tangan di atas punggungtangan kiri dan keduanya diletakkan di bawah dada
4)melihat ke arah tempat sujud, kecuali saat membaca syahadqat tauhid
5)membaca do’a iftitah sesudah takbirotul ihrom dan sebelum membaca surat Al-Fatihah
6)membaca ta’awud sebelum membaca Bismillah
7)diam sejenak sebelum membaca surat Al-Fatihah dan sesudahnya
8)membaca Aamin sesudah membaca surat Al-Fatihah
9)membaca surat pendek sesudah membaca surat Al-fatihah pada raka’at pertama dan kedua
10)makmum mendengarkan bacaan Imam
11)mengeraskan bacaan surat Al-fatihah+surat pendek pada raka’at pertama dan kedua pada waktu sholat maghrib, isya, shubuh


E.Hal-hal yang membatalkan sholat yaitu yang menyebabkan sholat tidak sah.
1)Meninggalkan salah satu rukun sholat
2)Meninggalkan salah satu syarat sholat
3)Berbicara dengan sengaja diluar bacaan sholat
4)Bergerak lebih dari 3 kali secara berurutan selain gerakan sholat, kecuali dalam kondisi daruratseperti memberi isyarat kepada orangtua kalau kita sedang sholat
5)Makan dan minum walaupun hanya sebutir nasi dan setetes air
6)Merubah niat
7)Buang angina/kencing walaupun hanya sedikit

Profil MA Nurul Qur'an

PROFIL MADRASAH ALIYAH NURUL QUR’AN
TEGALWERO KEC.PUCAKWANGI KAB.PATI
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010


KABUPATEN : PATI
PROVINSI : JAWA TENGAH

Identitas Madrasah :
1. Nama Madrasah : MA NURUL QUR’AN
2. Nomor Statistik Madrasah : 312331805393
3. Alamat : Jl.Raya Juawana-Pucakwangi Km.13 Desa Tegalwero
Kecamatan : Pucakwangi
Kabupaten : Pati
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 59183
Telepon/HP : 081326079151
4. Status Madrasah : Swasta
5. Nama Yayasan : Yayasan Perguruan Ilmu Al-Qur’an ( YPIQ )
6. Nomor Akte Pendirian : D/ W.K/MTs/II/2000
7. Tahun berdiri Madrasah : 1997
8. Luas tanah : 3000 M2
9. Luas bangunan : 438 M2
10.Status tanah : -
11.Status bangunan : Milik sendiri
12.Nomor Sertifikat Tanah : No : 2
13.Status Akreditas / Tahun : Terakreditasi C tahun 2005

Islamimisasi IPTEK

Sains adalah sarana pemecahan masalah mendasar setiap peradaban. Ia adalah ungkapan fisik dari world view di mana dia dilahirkan. Maka kita bisa memahami mengapa di Jepang yang kabarnya sangat menghargai nilai waktu demikian pesat berkembang budaya “pachinko” dan game. Tentu disebabkan mereka tak beriman akan kehidupan setelah mati, dan tak mempunyai batasan tentang hiburan. Kini ummat Islam hanya sebagai konsumen sains yang ada sekarang. Kalaupun mereka ikut berperan di dalamnya, maka – secara umum – mereka tetap di bawah kendali pencetus sains tersebut. Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan teknologi-teknologi eksak apalagi non-eksak untuk menopang kepentingan khusus ummat Islam.
Secara umum, dikenal 4 kategori pendekatan sains Islam:
1. I’jazul Qur’an (mukjizat al-Qur’an).
I’jazul Qur’an dipelopori Maurice Bucaille yang sempat “boom” dengan bukunya“La Bible, le Coran et la Science” (edisi Indonesia: “Bibel, Qur’an dan Sains Modern“).
Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Qur’an. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuan ilmiah tidak dapat dijamin tidak akan mengalami perubahan di masa depan. Menganggap Qur’an sesuai dengan sesuatu yang masih bisa berubah berarti menganggap Qur’an juga bisa berubah.
2. Islamization Disciplines.
Yakni membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untuk kemudian melahirkan text-book orisinil dari ilmuwan muslim. Penggagas utamanya Ismail Raji al-Faruqi, dalam bukunya yang terkenal, Islamization of Knowledge, 1982. Ide Al-Faruqi ini mendapat dukungan yang besar sekali dan dialah yang mendorong pendirian International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington (1981), yang merupakan lembaga yang aktif menggulirkan program seputar Islamisasi pengetahuan.


3 Membangun sains pada pemerintahan Islami.
Ide ini terutama pada proses pemanfaatan sains. “Dalam lingkungan Islam pastilah sains tunduk pada tujuan mulia.” Ilmuwan Pakistan, Z.A. Hasymi, memasukkan Abdus Salam dan Habibie pada kelompok ini.
4. Menggali epistimologi sains Islam (murni).
Epistimologi sains Islam murni digali dari pandangan dunia dunia Islam, dan dari sinilah dibangun teknologi dan peradaban Islam. Dipelopori oleh Ziauddin Sardar, dalam bukunya: “Islamic Futures: “The Shape of Ideas to Come”” (1985), edisi Indonesia: “Masa Depan Islam”, Pustaka, 1987).

Penemuan kembali sifat dan gaya sains Islam di zaman sekarang merupakan salah satu tantangan paling menarik dan penting, karena kemunculan peradaban muslim yang mandiri di masa akan datang tergantung pada cara masyarakat muslim masa kini menangani hal ini. Dalam seminar tentang “Pengetahuan dan Nilai-Nilai” di Stocholm, 1981, dengan bantuan International Federation of Institutes of Advance Study (IFIAS), dikemukakan 10 konsep Islam yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangka membentuk cita-cita Muslim.
Kesepuluh konsep ini adalah:
Paradigma Dasar:
1. tauhid: meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan kebenaran itu dari-Nya.
2. khilafah: kami berada di bumi sebagai wakil Allah segalanya sesuai keinginan-Nya.
3. ibadah (pemujaan): keseluruhan hidup manusia harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
Sarana:
4. ilm: tidak menghentikan pencarian ilmu untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan Yusuf Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
Penuntun:
5. (5) halal (diizinkan).
6. adl (keadilan) : semua sains bisa berpijak pada nilai ini: janganlah kebenciankamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku tidak adil. (Q.S. Al-Maidah 5 : 8). Keadilan yang menebarkan rahmatan lil alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
7. istishlah (kepentingan umum).
Pembatas:
8. haram (dilarang).
9. zhulm (melampaui batas).
10. dziya’ (pemborosan) — “Janganlah boros, meskipun berwudhu dengan air laut”.
Kenyataannya, sangat tidak mudah bekerja di luar paradigma yang dominan, lantaran kita masih terikat dan terdikte dengan disiplin-disiplin ilmu yang dicetuskan dari, oleh dan untuk Barat. Namun paling tidak ada dua agenda praktis yang dapat dijadikan landasan: jangka pendek: membekali ilmuwan Islam dengan syakhshiyah Islamiyah, dan jangka panjang: perumusan kurikulum pendidikan Islam yang holistik.

Internet Kawan Atau Lawan

Internet saat ini salah satu media yang paling popular saat ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Didalamnya terdapat ilmu yang sangat bermanfaat bagisemua orang tanpa mengenal batasan usia. Tapi seiring berjalannya waktu internet kini mulai berubah fungsi, yang mulanya digunakan untuk hal-hal yang positif sekarang beralih fungsi sebagai tempat perjudian, penipuan dan juga sarang bagi video-video mesum.

Para orangtua pun khawatir akan perkembangan anak mereka saat kini. Karna apa?, karma saat ini mulai banyak video-video yang tidak senonoh yang tersebar di internet. Apalagi kemarin Indonesia dihebohkan akan video yang dilakukan Ariel-Luna Maya, dan Ariel-Cut Tari yang kabarnya video tersebut tersebar luas di internet. Apa nggak semakin was-was hati para orang tua, mengingat kabar tersebut sudah tersebar luas di media-media nasional seperti televisi, radio, dan Koran-koran yang tentu saja meningkatkan rasa penasaran masyarakat untuk melihat video tersebut.

Dalam perkembangannya mulai terlihat pihak-pihak yang turut prihatin dalam penggunaan internet. Mereka berupaya menciptakan berbagai cara untuk memblokir setiap kali ada situs-situs yang bersifat negatif yang akan dibuka. Ketika pihak-pihak tersebut sudah menemukan cara untuk menyaring situs-situs yang negatif, sekarang permasalahannya beralih pada pemasangannya di warnet-warnet.

Masih saja ada admin warnet yang masih belum mau memasang filter tersebut. Kata mereka bila warnetnya dipasang hal yang semacam itu maka pelanggan mereka akan berkuarang. Tapi bukankah demi kemajuan bangsa kita, kita harus rela berkorban apa yang diperlukan untuk membuat Indonesia yang lebih maju. Untuk itu, kita semua memohon akan kesadaran para admin warnet untuk memblokir situs-situs yang sifatnya negatif, marilah kita menggunakan internet secara sehat demi kemajuan bangsa kita.

Interegasi Iptek Dan Imtaq

Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dan anugrah yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, iptek telah mendatangkan “petaka” yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan uamt manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, setelah terjadi revolusi industri di Barat , terutama sepanjang abad XVIII dan XIX, sains bahkan menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul mazhab baru yang dinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi isme, ideologi bahkan agama baru. Namun sejak pertengahan abad XX, terutama seteleh terjadi penyalahgunaan iptek dalam perang dunia I dan perang dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi ilmu dan agama, iptek dan imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai dikaitkan dengan moral dan agama hingga sekarang (ingat kasus kloning misalnya). Dalam kaitan ini, keterkaitan iptek dengan moral (agama) di harapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi (epistemologi)-nya sekaligus.
Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi imtak dan iptek ini sudah lama digulirkan. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.
Secara lebih spesifik, integrasi imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.
(Q.S. An-Nur:39).
Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (Q.S. Al-Baqarah :201).
Untuk membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, kita harus melihat kembali aspek-aspek pendidikan kita, terutama berkaitan dengan empat hal berikut ini, yaitu :
1. Filsafat dan orintasi pendidikan (termasuk di dalamnya filsafat manusia),
2. Tujuan Pendidikan
3. Filsafat ilmu pengetahuan (Episemologi), dan
4. Pendekatan dan metode pembelajaran.

Dalam filsafat pendidikan konvensional, pendidikan dipahami sebagai proses mengalihkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi lain. Filsafat pendidikan semacam ini mengandung banyak kelemahan. Selain dapat timbul degradasi (penurunan kualitas pendidikan) setiap saat, pendidikan cenderung dipahami sebagai transfer of knowledge semata dengan hanya menyentuh satu aspek saja, aspek kognitif dan kecerdasan intelektual (IQ) semata dengan mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) peserta didik. Dengan filosofi seperti itu, peserta didik sering diperlakukan sebagai makhluk tidak berkesadaran. Akibatnya, pendidikan tidak berhasil melaksanakan fungsi dasarnya sebagai wahana pemberdayaan manusia dan peningkatan harkat dan martabat manusia dalam arti yang sebenar-benarnya.
Integrasi imtak dan iptek, berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang selama ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan imtak dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer. Selain pada pada aspek filsafat, orientasi, tujuan, dan epistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di atas, integrasi imtak dan iptek itu perlu dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat. Pendidikan imtak pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan agama (Islam) di berbagai sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, maka pendidikan agama Islam disemua jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan yang bersifat holistik, integralistik dan fungsional.
Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, tidak parsial dan partikularistik. Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah dan akhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam dan kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini harus melahirkan budaya “berilmu amaliah dan beramal ilmiah”. Integrasi ilmu dan amal, imtak dan iptek haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam.
Secara pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh terpisah dan dipisahkan dari pendidikan sains dan teknologi. Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari pusat kesadaran keagamaan dan keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidak berkurang dan lebih rendah nilainya dari belajar agama. Belajar sains merupakan perintah Tuhan (Al -Quran), sama dan tidak berbeda dengan belajar agama itu sendiri. Penghormatan Islam yang selama ini hanya diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus pula diberikan kepada kaum ilmuan (Saintis) dan intelektual.
Secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagi kemaslahatan umat dan mampu menjawab tantangan dan pekembangan zaman demi kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dalam perspektif Islam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untuk pendidikan semata. Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukan untuk kemaslahatan umat manusia yang seluas-luasnya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.
Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama disemua jenjang pendidikan tersebut, tidak cukup dengan metode rasional dengan mengisi otak dan kecerdasan peserta didik semata-mata, sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong dan hampa. Pendidikan agama perlu dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek afektif melalui praktik dan pembiasaan, serta melalui pengalaman langsung dan keteladanan prilaku dan amal sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik, pada saat mana Islam mencapai puncak kejayaannya, aspek pemikiran teoritik (al aql al nazhari) tidak pernah dipisahkan dari aspek pengalaman praksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas mencari dan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugas mewujudkan kebenaran yang ditemukan itu dalam kehidupan nyata sehingga tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak pernah terpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam paradigma ini, ilmu dan pengembangan ilmu tidak pernah bebas nilai. Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan dan nilai imtak), sejalan dengan semangat wahyu pertama, iqra’ bismi rabbik. Ini berarti pengembangan iptek tidak boleh dilepaskan dari imtak. Pengembangan iptek harus dilakukan untuk kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.
“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan ilmu” (Al-Hadist).
Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya serta memperburuk citra kepelajarannya. Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa.
Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama.